Jumat, 15 Juni 2012

Ketika Warnet Masuk Kampung

 Saya jadi tergerak untuk menyumbangkan tulisan di rubrik tekno, setelah baca tulisan Pak Valentino yang mengajak kompasianer untuk menulis di rubrik tekno.

Jaman memang terus berkembang, saya teringat ketika beberapa tahun lalu, warung telepon menjadi bisnis yang lumayan menjamur karena kebutuhan akan telekomunikasi, saat itu hand phone belum marak. Lama kelamaan bisnis wartel tidak menarik lagi, karena menjamurnya hape-hape murah yang sangat terjangkau. Kini orang-orang banyak yang beralih ke bisnis warnet. Bisnis warnet semakin banyak diminati  karena kebutuhan akan internet menjadi semakin penting dan profit yang mengalir setiap hari. Semakin mudahnya akses informasi dan telekomunikasi membuat warnet menjadi bisnis yang laris.

Ketika  warnet masuk ke kampung

Saya menuliskan artikel ini di sebuah warnet di dekat rumah. Lingkungan rumah saya berada di pinggir Jakarta. saya tinggal di sebuah perkampungan yang cukup dekat dengan Jakarta, dekat dengan Bintaro. Layanan internet rumah seperti fast net belum masuk ke lingkungan kami, makanya adanya warnet ini bisa menjadi salah satu solusi akan kebutuhan internet. namun kenyataanya berbeda ketika warnet berubah jadi sarang anak-anak yang gila game online.

Dari pagi sampai malam, selalu ada anak-anak usia SD sampai SMA yang selalu “nongkrong” di warnet ini.  mereka biasanya main game, entah itu point blank, counter strike, ataupun game online lain yang semakin hari semakin banyak saja. Yang lucu ketika mereka main, banyak nama binatang ataupun kata-kata kasar keluar dari mulut mereka, penjaga warnet sering mengingatkan supaya mereka menjaga mulut, tapi gak mempan.

Hampir setiap hari mereka bermain game online, beberapa jam setiap hari. Ada yang rela menginap sampai sehari demi menikmati game online. Ketika saya berada di warnet ini, saya merasa “terjajah” oleh banyaknya anak-anak. Belum lagi oleh berisiknya teriakan mereka. (kok jadi curhat? hehe)

Masuknya teknologi dan informasi ke dalam lingkungan yang belum  siap menghasilkan output yang kurang baik. Teknologi yang bisa dimanfaatkan untuk belajar, mencari informasi, alat komunikasi, perlahan juga bisa menjadi “ekstasi”, apalagi jika yang terkena adalah anak-anak yang masih lugu. memang bisnis ini halal, tapi sayang jika anak-anak jadi adiktif terhadap game online.  Selain buang-buang uang dan waktu, tidak terlalu banyak manfaat yang didapat dari bermain game online.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar